
Alif Nurul Ikhwan (lahir di Tegal, Jawa Tengah, 08 Juni 1996), lebih dikenal dengan nama Alif Golif, adalah seorang seniman kontemporer asal Indonesia. Ia dikenal sebagai pelopor teknik Fumage Modern, yaitu metode melukis dengan api langsung pada kertas sehingga menghasilkan gradasi warna alami, Alif golif juga dikenal sebagai konten kreator yang aktif membagikan proses kreatifnya melalui berbagai platform digital, menghidupkan api jadi karya membagikan jadi cerita.[1]
Apa itu Fumage Modern ?
Fumage pertama kali diperkenalkan pada tahun 1936 oleh seniman Austria Wolfgang Paalen. Ia menggunakan jelaga asap dari lilin untuk meninggalkan jejak di atas kanvas. Teknik ini kemudian dikenal sebagai fumage klasik, dan menjadi salah satu bentuk seni surealis yang memanfaatkan kebetulan dari medium asap.[2]
Pada 2009, seniman Kanada Steven Spazuk mengembangkan fumage dengan gaya kontemporer. Ia melukis dengan jelaga asap menggunakan lilin dan obor, menghasilkan figur yang realistik dengan detail tinggi. Karena berkembang di periode seni modern, karya Spazuk sering disebut sebagai fumage modern. Namun, secara teknis, karya Spazuk tetap berbasis fumage klasik, karena masih menggunakan jelaga asap. Dengan demikian, pendekatannya lebih tepat dipandang sebagai genre kontemporer dari fumage klasik, bukan teknik baru.[3]
Berbeda dari keduanya, pada tahun 2018 seniman Indonesia Alif Golif memulai eksperimen menggunakan api langsung pada kertas. Metode ini berkembang hingga stabil pada 2019, lalu dipublikasikan pada 2020 dengan nama Fumage Modern. Pemilihan istilah ini dilakukan untuk menghormati fumage klasik, namun sekaligus menegaskan bahwa teknik yang digunakannya benar-benar berbeda:[4]
Fumage Modern(Alif Golif, 2018–2022) → teknik baru berbasis api langsung, menghasilkan gradasi warna alami (cokelat muda, cokelat tua, hitam), dengan tepi kertas yang ikut terbakar organik.[2]
Pada 2022, teknik Fumage Modern yang dikembangkan Alif tercatat dalam hak cipta di Indonesia. Publikasi dan pengenalan teknik ini bertepatan dengan masa pandemi COVID-19, yang membuatnya kerap tampil menggunakan masker sebagai identitas visual.[1]
Ciri khas Fumage Modern adalah bahwa setiap karya, pigmen alami hasil pembakaran kertas tidak dapat dihapus atau diulang, karena jejak api bersifat permanen. Hal ini membedakannya tidak hanya secara teknis, tetapi juga secara filosofis, menegaskan otentisitas dan keberanian dalam setiap ekspresi.[2]
Jejak ekspresi fumage modern?
Karya-karyanya banyak mengeksplorasi ekspresi manusia melalui proyek seumur hidup berjudul Seribu Ekspresi, di mana ia hanya berkomitmen melahirkan 1.000 ekspresi sepanjang hidupnya. Selain melukis, ia juga mengembangkan konsep apresiasi kolektor melalui Art’o Coin, koin seni rupa yang berfungsi sebagai tanda kepemilikan seni yang otentik, bentuk apresiasi, sekaligus investasi.[5]
Perjalanan kreatif Alif Golif telah diliput oleh berbagai media nasional dan lokal, serta ditampilkan dalam sejumlah proyek seni, pameran, dan inisiatif lintas disiplin.[1]
Kehidupan Awal
Minat Alif pada seni muncul sejak kecil. Saat duduk di kelas 4 SD, ia sudah menyadari bakat menggambar dengan cara menjual hasil gambar yang difotokopi untuk diwarnai teman-temannya. Sejak itu, ia terbiasa melihat karya bukan hanya sebagai hobi, tetapi juga sebagai medium yang bisa berbagi nilai dengan orang lain.[1]
Alif menempuh pendidikan di Ristek Nusantara Jaya, namun mengembangkan keterampilan seni secara otodidak.[6]
Karier Awal
Saat Alif bekerja di bidang interior, khususnya dalam pengerjaan gypsum. Dari pekerjaannya, ia sering berinteraksi dengan papan gypsum yang dilapisi kertas. Bahan ini membekas dalam pikirannya, karena kelak kertas menjadi inti eksperimen seninya.[7]
Namun, perjalanan awalnya tidak mudah. Lingkungan sekitar kerap meremehkan karyanya. Salah satu peristiwa penting adalah saat ia membuat lukisan pesanan untuk pernikahan seorang teman. Meski karyanya sudah 80 persen selesai, ia berulang kali menerima ejekan hingga diminta “membakar saja” lukisan itu. Meski menyakitkan, Alif memilih menahan dan mngendalikan emosi dan tetap memamerkan karyanya. Hasilnya, lukisan tersebut justru mendapat apresiasi dari banyak orang. Peristiwa itu menjadi titik balik: ia keluar dari lingkaran toxic dan memilih jalan seni yang lebih mandiri.[8]
Setelah itu, galeri lukisan yang sempat ia bangun mengalami kebangkrutan, membuatnya kembali berada di titik terendah. Pada suatu malam, hanya dengan sebatang rokok basah dan korek api di tangan, ia mencoba mengeringkan rokok. Dari percobaan itu, ia melihat bekas panas yang meninggalkan warna kuning di kertas. Momen sederhana ini menjadi awal eksperimennya dengan panas api sebagai medium artistik.

Fumage Modern
· 2018 – Alif mulai melakukan eksperimen dengan api dan kertas.
· 2019 – Teknik ini mencapai bentuk yang lebih stabil dan mulai dikenali sebagai penemuan baru.[1]
· 2020 – Alif mempublikasikan temuannya dan memberi nama “Fumage Modern” sebagai penghormatan kepada fumage klasik (1936) yang menggunakan asap. Bedanya, Fumage Modern menggunakan api langsung pada kertas, menghasilkan warna alami cokelat tua, cokelat muda, dan hitam, serta tepi kertas yang terbakar secara alami. Publikasi ini berlangsung di masa pandemi COVID-19 di Indonesia, sehingga ia kerap bermasker sebagai identitas visual ketika tampil.[1]
· 2022 – Teknik Fumage Modern tercatat dalam hak cipta.[1]
Alif menegaskan bahwa karyanya tidak dapat dihapus atau diulang,
· Golif Art Gallery – wadah utama karya dan dokumentasi perjalanannya.[2]
· Seribu Ekspresi – janji seumur hidup: Alif hanya akan melukis 1.000 ekspresi wajah. Setiap pesanan wajah otomatis mengurangi jumlah ekspresi, sehingga bila ada nomor ekspresi tidak muncul di publik, artinya sudah diapresiasi kolektor.[2]
· Art’o Coin – koin apresiasi seni yang menjadi simbol kepemilikan seni otentik, cashback, dan investasi.[2]
· Alpro Modern Booth – proyek booth tematik artistik berbahan limbah styrofoam, yang dipakai untuk pameran dan event dengan konsep instalasi.[9]
Publikasi dan Liputan Media
Karya dan perjalanan Alif Golif telah diliput oleh sejumlah media, antara lain: Antara Foto, Radar Bekasi, Jhonny, Jurnal Kawasan, Trans7. dll